www.arcocrewek.com

Arcocrewek

Rabu, 29 Januari 2014

Sejarah Perang Diponegoro

Pangeran Diponegoro, Singa Jawa dari Keraton Yogjakarta Ia seorang Mujahid keturunan Raja Yogjakarta. Seluruh nafas kehidupannya diabadikan untuk kemerdekaan Tanah Jawa, dengan bersendikan ajaran agama Islam. Tegalrejo 29 Juli 1825. di bawah pimpinan Chevallier pasukan gabungan Belanda dan orang-orang patih Darurejo IV menyerbu laskar-laskar Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo, sebuah desa kecil yang terletak di barat laut Keraton Yogjakarta. Dentuman meriam dan bunyi letupan senapan membahana di seluruh penjuru desa. Menghadapi serangan itu, kedua Pangeran bersama laskarnya segera menyingkir ke tempat yang lebih aman. Mereka menyadari, perang di medan yang amat sempit tidak menguntungkannya. Pangeran Diponegoro akhirnya memilih tempat yang lebih strategis untuk basis peperangannya di bukit Selangor, sebuah tempat yang dikelilingi lembah , benteng-benteng alam dan Gua, yang biasa dipergunakan bertapa. Tempat itu terletak 10 Km di sebelah barat daya kota Yogjakarta. Sedangkan keluarganya diungsikan ke desa Dekso. Di lain pihak, Chevallier terus melancarkan serangan dahsyat dengan mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan yang dimiliki. Alhasil, Chavalier dalam waktu singkat mampu menguasai Tegalrejo. Sayangnya, Tegalrejo telah kosong melompong. Bakar…. Bakar saja rumah Diponegoro sampai habis! Seru Chavalier di tengah kemarahan dan kedongkolan hatinya karena buruannya telah kabur. Tanpa membuang waktu lagi, tentara gabungan itu membakar rumah Diponegoro dan puluhan rumah lain di sisi kanan kirinya. Dari kejauhan, di balik bukit terjal, di atas Kuda Getayu, Pangeran Diponegoro bersama Pangeran Mangkubumi beserta seluruh anggota laskarnya menyaksikan dengan sedih pembumihangusan puluhan rumah tersebut. Sebaliknya berita penyerangan Belanda ke Tegalrejo cepat menjalar ke seluruh pelosok Yogjakarta dan Surakarta. Sebagian besar rakyat tanpa dikomando berduyun-duyun datang ke Selangor lengkap dengan persenjataannya. Dari Surakarta, datang ulama Bayat, dan laskar-laskar yang di komandoi oleh Kyai Mojo dan Tumenggung Prawirodigdoyo. Dari kesultanan Yogjakarta, tidak kurang 74 bangsawan akhirnya menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro di Selangor. Diantara kerumunan Bangsawan itu, terdapat Sentot Prawirodirjo, seorang Senopati muda yang belum berusia 18 tahun, putra Raden Ronggo Prawirodirjo III. Seperti halnya sang ayah, Sentot kemudian tampil sebagai pejuang besar yang sangat di takuti pihak Belanda. Propaganda perang melawan bangsa kafir segara dilakukan di mana-mana, di Yogjakarta, Jayanegara segera membuat surat edaran untuk seluruh rakyat Mataram. Isinya mengajak berjuang bersama Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi mengusir kaum penjajah Kafir Belanda. Di wilayah luar Yogjakarta, seperti Kedu, Banyumas dan sekitarnya, ajakan jihad fi sabilillah di sampaikan oleh Kyai Kasan Besari yang disambut rakyat dengan gegap gempita. Sesuai dengan saran Sinuhun Paku Buwono VI, laskar-laskar Diponegoro menggunakan taktik dan strategi perang “Dhedhemitan” alias “Gebag ancat nrabas geblas”. Menyerbu secara tiba-tiba dan kemudian dengan cepat menghilang dibalik hutan-hutan, Gua, Bukit, atau kegelapan malam. Rupanya taktik dan perang anggota laskar Diponegoro sangat menakutkan pihak Belanda. Tidak mengherankan, bila pada tahun-tahun pertama pihak Belanda kewalahan dan banyak mengalami kekalahan. Kemenangan pertama Pangeran Diponegoro dan laskarnya didapat di desa Pisangan, perbatasan Muntilan dan Yogjakarta. Laskar Diponegoro yang dipimpin oleh Mulyo Santiko dengan gagah berani mencegah iring-iringan pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 120 orang yang berusaha masuk ke Yogjakarta. Mereka berhasil menghancurkan seluruh pasukan Belanda itu. Uang sebesar 50.000 gulden dapat dirampas berikut alat-alat perangnya. Kemenangan pertama ini segera di ikuti oleh kemenangan-kemenangan berikutnya. Pada 6 Agustus 1825, pasukan Diponegoro yang dipimpin para panglimanya yang gagah berani berhasil menghancurkan markas Belanda di Pacitan, menyusul kemudian Purwodadi. Kemenangan demi kemenangan tentu saja dapat mengobarkan semangat rakyat untuk bersama-sama bangkit melawan Kafir Belanda. Perangpun makin meluas, dinatarnya sampai ke Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang dan Madiun. Kekalahan beruntun yang dialami Belanda, memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda segera mengirim Letnan Jenderal Markus De Kock ke Jawa Tengah sebagai panglima angkatan perang Belanda. Jenderal De Kock mendapat kekuasaan untuk menjalankan segala tindakan dalam menangani peperangan. Jenderal De Kock dengan licik segera menybarkan politik pecah belah, dan mengadu domba. Ia segera menemui dan memaksa Sunan Pukubuwono VI, dan Mangkunegoro II, dan Paku Alam I agar bersedia membantu Belanda. Ia juga mengerahkan bantuan pasukan pribumi itu untuk menggempur markas pasukan Diponegoro di Selarong. Namun, beruntung gerakan pasukan gabungan ini sudah dapat di ketahui oleh mata-mata Pangeran Diponegoro. Semua laskar dan pimpinnanya segera bersembunyi. Akibatnya, ketika pasukan Belanda menguasai Selarong pada malam hari, mereka hanya menemukan bukit dan Gua yang sudah kosong. Pasukan Belanda pun mundur dan kembali pulang dengan tangan hampa. Tidak beberapa lama tentara Belanda pulang, malam itu juga Pangeran Diponegoro segera mengadakan pertemuan dengan para Senopatinya. Mereka membahas untuk segera memindahkan markasnya di Selarong. Semua sepakat. Desa Deksa yang jaraknya sekitar 23 Km dari Yogjakarta dijadikan markas baru. Pertempuran kembali berkobar diseluruh Mataram. Hasilnya pada Januari 1826 Pangeran Diponegoro berhasil merebut dan menguasai daerah Imogiri dan Pleret, di susul daerah Lengkong, Kasuran dan Delangu. Bagi pihak Belanda, kekalahan beruntun itu justru membuat Jenderal De Kock makin nekad. Ia mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat Belanda untuk menambah anggaran perang. Anggaran itu rencananya untuk membuat benteng Stelsel. Tujuannya untuk mempersempit ruang gerak Pasukan Diponegoro di daearh-daerah yang di kuasai Belanda. Pelaksanaan benteng Stelsel juga dimaksudkan untuk mengadakan tekanan kepada Pangeran Diponegoro agar bersedia menghentikan peperangan. Di wilayah Mataram kemudian muncul benteng-benteng Belanda yang kukuh, seperti di Bantul, Paluwatu, Pasargede, Jatinom, dan Delangu. Tidak kurang dari 165 buah benteng telah di dirikan Belanda untuk mempersempit ruang gerak pasukan Pangeran Diponegoro. Tekanan dari Belanda ini masih ditambah dengan adanya Bupati-bupati daerah yang memihak kepada Belanda, sehingga sangat menyulitkan komunikasi laskar Diponegoro antar daerah. Akibatnya, perlawanan itu menjadi mudah dipatahkan oleh pasukan Belanda. Pasukan Bulkiyo mulai menghadapi masa-masa sulit. Di tengah kesulitan itu, Pangeran Diponegoro mengumpulkan para sesepuh dan Senopati membahas perkembangan dan situasi di medan perang. Pertemuan itu dilakukan di pesanggrahan Bagelan. Hasilnya mereka tetap melanjutkan perjuangan sampai kemerdekaan bumi tanah Jawa tercapai. Akibatnya, tidak sedikit laskar Pengeran Diponegoro yang gugur. Pangeran Kusumowijoyo yang mengobarkan pertempuran di Keraton Surakarta, akhirnya gugur di Lembah Kali Serang. Ia kemudian dikenal dengan nama Pangeran Serang, dan istrinya Raden Ajeng Kusriyah juga gugur di Dekso, Kulon Progo. Tidak berapa lama kemudian, gugur pula Tumenggung Prawirodigdoyo dari Gagatan. Ia gugur di medan tempur Klengkong saat memimpin 100 prajuritnya melawan tentara Belanda yang jumlahnya berlipat-lipat dengan dukungan meriam dan senjata laras panjang. Belum lagi hilang rasa duka, kabar yang mengejutkan menyusul, Gusti Pangeran Notodiningrat bersama istri dan ibundanya dan tidak kurang dari 200 pengikutnya menyerah kepada Belanda di Yogjakarta. Dengan keberhasilan Belanda mempengaruhi Pangeran Notodiningrat Jenderal De Kock semakin gila mendekati pemimpin-pemimpin laskar Pangeran Diponegoro. Ia menjanjikan kedudukan dan hadiah-hadiah berlimpah bila mau menyerah dan mendukung Belanda. Satu bulan kemudian, Belanda kembali berhasil membujuk salah seorang panglima laskar Diponegoro, yaitu Pangeran Arya Papak dan Tumenggung Ario Sosrodilogo. Kiai Mojo yang menjadi tulang punggung kekuatan pasukan perang Pangeran Diponegoro, akhirnya juga menyerah kepada pasukan Belanda. Menyerahnya Kiai Mojo merupakan pukulan berat bagi Pangeran Diponegoro dan laskar-laskarnya. Tetapi Pangeran Diponegoro bertekad untuk tidak menyerah dan tetap mengobarkan perlawanan. Pada 20 Desember 1828, Laskar Pangeran Diponegoro segera melancarkan serangan dahsyat terhadap markas Belanda di Nanggulan. Dalam pertempuran itu Kapten Van Inge tewas, sedang dari pihak pasukan Diponegoro keilangan Senopatinya yang gagah berani, Pangeran Prangwedono. Berita hancurnya benteng Nanggulan, membuat jenderal De Kock semakin ketakutan, sebab ia selalu melihat sosok Senopati Sentot sebagai momok yang sangat berbahaya. Karena jenderal De Kock terus berupaya membujuk Sentot dengan berbagai cara agar mau menyerah. Tapi, Senopati muda itu tetap menolaknya. Belum berhasil membujuk Sentot, ia berhasil memperalat dan menekan Pangeran Ario Prawirodiningrat, Bupati Madiun, untuk menyerah. Sebabnya, jika tidak mau menyerah taruhannya adalah nyawa sepupunya. Setelah Pangeran Ario Prawirodiningrat menyerah, menyusul Sentot Prawirodirjo dan Pangeran Mangkubumi. Menyerahnya dua Pangeran yang gagah berani ini membuat Pangeran Diponegoro kembali terpukul telak dan membawa beban moral, tidak hanya dalam dirinya, tetapi juga kepada seluruh prajurit Bulkiyo. Belum lagi batin Pangeran Diponegoro sembuh di akhir tahun 1829, satu persatu Senopati daerah menyusul jejak Senopati Sentot dan Pangeran Mangkubumi, antara lain, Pangeran Ario Suriokusumo, Kerto Pengalasan, pahlawan medan tempur Pleret, dan Pangeran Joyosudirjo Rupanyan Pangeran Diponegoro tak bergeming, meski hatinya tertekan, ia tetap melanjutkan perjuangannya dan tetap menaruh kepercayaan atas kesetiaan rakyat Bagelan, Banyumas, dan Kedu. Usaha Jenderal De Kock untuk mempercepat peperangan rupanya tidak berhasil. Meski jauh sebelumnya Jenderal ini sudah menjanjikan 20.000 ringgit kepada siapa saja yang sanggup menagkap hidup atau mati Pangeran Diponegoro. Segenap rakyat dan laskar-laskar Pangeran Diponegoro tidak mau mengkhianati pemimpin yang agung ini. Tapi, Jenderal De Kock tidak putus asa, melalui Kolonel Cleerrens, akhirnya bisa membujuk putra Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Dipokusumu, untuk menyerah. Penyerahan putra kesayangannya itu benar-benar membuat Pangeran Diponegoro terluka. Maka pada bulan Februari 1830, ketika Kolonel Cleerens menawarkan jalan perundingan, terpaksa Pangeran Diponegoro menerimanya dengan berat hati. Dua musuh bebuyutan inipun bertemu di Remo Kamal, Bagelan, Purworejo, pada tanggal 16 Februari 1830. Cleerens kemudian mengusulkan agar kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di kaki bukit Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal markus De Kock dari Batavia. Dengan janji tidak dikhianati, Pangeran Diponegoro bersedia mengadakan perundingan. Pada bulan Maret 1830, ia dengan pasukannya tiba di tempat perundingan, dirumah Residen Magelang. Bersama Kolonel Cleerens, Pangeran Diponegoro menuju ruang kerja Jenderal De Kock. Beberapa putra Diponegoro dan perwira Belanda ikut menyaksikan jalannya perundingan tingkat tinggi tersebut. Sekitar dua jam sudah perundingan berlangsung, tapi belum membuahkan hasil. Berkali-kali Jenderal De Kock mencoba membujuk agara Pangeran Diponegoro mengurangi tuntutannya. Tapi Pangeran Diponegoro tetap teguh pada pendiriannya. Mendirikan sebuah Negara merdeka yang bersendikan agama Islam. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, apabila perundingan menemui jalan buntu, Pangeran Diponegoro boleh meninggalkan ruangan itu dengan bebas. Tapi kenyataannya, Jenderal De Kock curang, “Tangkap tangkap Diponegoro dan semua pengikutnya”, teriak De Kock kepada pasukannya sambil menodongkan pistol kearah Pangeran Diponegoro. Sejurus kemudian, Pangeran Diponegoro beserta para pengikutnya ditangkap dan dijebloskan dalam sebuah penjara yang amat pengap

Minggu, 26 Januari 2014

Aryo Penangsang

Dalam sejarahnya, kadipaten ini lebih terkenal dengan nama Jipang Panolan yang berkedudukan di Desa Jipang yang berada persis di tepi Bengawan Solo, dulu, disamping sebagai pusat pemerintahan sekaligus juga sebagai bandar Perdagangan, kata kuncen yang saya temui. Dan pada saat itu pemimpin Kadipaten Jipang adalah sosok fenomenal yakni Adipati Arya Penangsang dengan kudanya yang konon terkenal sakti, “Gagak Rimang”. Sisa petilasan kadipaten Jipang Panolan setelah dihancurkan oleh Pajang yang masih ada hingga sekarang antara lain Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore dan Petilasan Masjid. Selain itu ada juga Makam Kerabat Kadipaten waktu itu disebut Makam Gedong, didalam area makan tersebut terdapat Makam R. Bagus Sumantri, R. Sosrokusumo, R.A. Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Admojo. Kurang lebih 20 meter ditepian Bengawan Solo terdapat Makam Santri Songo yang dibunuh karena diduga mata-mata Pajang, diantara kesembilan makam tersebut menurut kuncennya, ada beberapa nama yang dikenal yaitu, R. Bagus Sulaiman, Ismail, dan Sulastri. Terbukti petilasan ini banyak juga dikunjungi peziarah, seperti saat saya di lokasi makam tersebut. Ada seorang peziarah yang dipandu oleh juru kunci bertawasul di beberapa makam. Dalam keterangan tutur yang saya dapat dari kuncen yang katannya usianya sudah 80an tahun tersebut, peziarah yang datang ke lokasi ini tak hanya penduduk sekitar Blora dan sekitarnya saja. Namun juga ada yang datang khusus dari Surabaya, Jakarta bahkan dari Kalimantan pun ada. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang sekadar ingin mengunjungi dan melihat dari dekat peninggalan sejarah zaman Mataram Islam ini. Karena hari sudah menjelang Dzuhur dan setelah urusan sang kuncen selesai dengan peziarah yang satu-satunya dan katannya berasal dari Bojonegoro, Jawa timur tersebut. Akhirnya kami berdua diajak mampir kerumahnya dan meneruskan obrolan tentang sosok Arya Penangsang, ikon kadipaten Jipang Panolan. Dengan disuguhi teh hangat akhirnya dengan dengan menghela nafas panjang dan sangat hati-hati dia mulai bercerita. Yang sebelumnya dia wanti-wanti agar saya tidak salah dalam menulis apa yang diceritakannya. Berikut saya rangkaikan cerita tentang sosok legendaris arya Penangsang dan mitos-mitos lain yang menyertainya…. Arya Penangsang adalah merupakan putra dari Pangeran Sekar Sedalepen, adik dari Sultan Demak yang kedua: Pangeran Pati Unus, dan merupakan anak kedua dari Raden Patah, Sultan Pertama dari Kesultanan Demak Bintoro. Pati Unus hanya sebentar saja menjadi raja di Demak, karena ia kemudian gugur ketika memimpin pasukan yang mencoba mengusir sepasukan bangsa Portugis yang menguasai Malaka. Karena Pangeran Sekar Sedalepen adik kedua dari Pati Unus juga meninggal, akhirnya yang menjadi raja selanjutnya adalah P. Trenggono putra ketiga R. Patah. Menurut cerita Pangeran Sekar Sedalepen ini meninggal di tepi sungai yang dibunuh oleh prajurit suruhan Pangeran Trenggono adiknya sendiri. Dan ia menghanyutkan anaknya Arya Penangsang yang masih bayi ke sungai agar selamat. Karena peristiwa konspirasi ini, posisi raja di Demak kemudian diambil alih oleh Sultan Trenggono. Singkat cerita, bayi yang dihanyutkan bapaknya ini kemudian ditemukan Sunan Kudus, ia dinamai Arya Penangsang karena saat ditemukan bayi tersebut tersangkut pada tumbuh-tumbuhan di pinggir sungai (Penangsang atau Temangsang atau tersangkut).Setelah dewasa Arya Penangsang menjadi Adipati Jipang dan berebut kekuasaan bekas kerajaan Demak dengan Raja Pajang Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang. Jaka Tingkr atau Mas Karebet ini hanya merupakan menantu dari Sultan Trenggono.   Dalam peperangan ini banyak terjadi peristiwa yang hingga kini masih melegenda di masyarakat jipang. Konon, dalam perang itu untuk pertahanan digalilah semacam parit yang mengelilingi jipang lalu dihubungkan dengan Bengawan Solo hingga terbentuk lingkaran sungai mengelilingi pusat kadipaten jipang. Pada sore hari, karena pengaruh gravitasi bulan, air bengawan solo pasang sehingga parit yang memgelilingi Jipang tadi menjadi penuh. Oleh karena itu parit ini dinamai bengawan sore. Dan mitosnya parit tersebut juga diberi semacam kutukan bahwa siapa yang menyeberanginya akan celaka. Dan akhirnya kutukan itu memakan tumbalnya yang justru menjadi bumerang bagi Arya Penangsang sendiri. Dengan cerdiknya Ki Juru Mertani seorang penasehat militer pasukan Pajang, meyuruh prajuritnya menunggangi kuda betina di luar sungai Bengawan Sore. Dan saat itu juga Arya Penangsang yang sedang menunggangi kuda jantannya yang terkenal , Gagak Rimang, sedang berada di sisi lain Bengawan Sore. Kontan saja si gagak rimang langsung berlari tak bisa dikendalikan oleh Arya Penangsang menyeberangi Bengawan Sore karena tertarik dengan kuda-kuda betina yang ditunggangi prajurit Pajang. Akhirnya terjadilah kejadian pilu tersebut. Terjadi peperangan sengit Arya Penangsang dengan Sutawijaya, salah seorang senapati Pajang, yang membawa tombak pusaka Kerajaan demak, Tombak Kyai Plered. Cerita terputus karena tiba-tiba ada serombongan peziarah yang meminta diantar oleh juru kunci. Selang hampir satu jam kemudian dia datang namun terlebih dahulu mengurus hewan ternak piaraanya. “Wis tekan ngendi mau cetane (sudah sampai mana tadi ceritanya) ?” sapanya sambil menghisap kreteknya dalam-dalam. “Tombak Kyai Plered, Mbah?” jawab saya mengingatkan. Sejurus kemudian cerita sambunganya pun meluncur disela kepulan asap rokoknya. Sebenarnya Sutawijaya itu sendiri adalah masih terbilang keponakan Arya Penangsang dan pada waktu itu masih muda sekali sehingga Arya Penangsang setengah hati meladeninya dan hanya menangkis serangan-serangan bocah ingusan tersebut dengan tangan kosong. Tanpa menghunus keris saktinya, Keris Setan Kober. Dan dengan Tombak Kyai Plered Sutawijaya dapat merobek perut Arya Penangsang. Tetapi dengan kesaktiannya arya Penangsang meskipun perutnya robek dan ususnya terburai keluar, tidak sedikitpun merasa kesakitan. Dengan santainya dia mengalungkan ususnya yang terburai pada gagang keris dipinggangnya. Dan dengan kesaktiannya juga Sutawijaya dapat dikalahkan. Namun, Arya Penangsang tidak berniat membunuh keponakannya tersebut, yang diincar adalah Joko Tinggir musuh bebuyutannya. Sekali lagi, karena Ki Juru Mertani yang banget cerdiknya memanas-manasi Arya Penangsang untuk membunuh Sutawijaya. Akhirnya Aryo Penangsang terprovokasi juga. Dan mencabut keris saktinya setan Kober tersebut. Arya Penangsang lupa bahwa ia masih mengalungkan ususnya dikeris tersebut hingga akhirnya ususnya terpotong lalu meninggal. Tubuhnya lalu dibawa lari oleh kudanya dan lari entah kemana. Hingga saat ini tidak ada yang tahu pasti dimana sebenarnya kuburan Arya Penangsang. Seperti diketahui dalam sejarah, Sutawijaya di kemudian hari akhirnya menjadi raja pertama Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati. Dan setelah kekalahan itu tampaknya Jipang tak lagi menjadi pusat kadipaten dan sekarang Jipang hanya sebuah Desa yang tanahnya begitu subur karena Bengawan Solo yang setiap kali selesai banjir meninggalkan lumpur humus yang subur. Sisa-sisa kraton Kadipaten Jipang saat ini masih begitu menyimpan keangkeran terlihat dari makam gedong yang di kelilingi pohon-pohon besar yang begitu lebat yang sudah berumur ratusan tahun, dab beberapa makam yang dikelilingi kain mori putih. Terlihat sangat angker meskipun pada siang hari. Sosok Arya Penangsang sebagai penguasa Jipang Panolan sangat dihormati masyarakat Jipang. Karena rasa hormat itu pula, warga setempat sampai tak berani membicarakan tentang Adipati ini yang dibunuh oleh Danang Sutawijaya. Saat pertama kali saya mencari sumber cerita pada penduduk disekitar makam, mereka bungkam dan wanti-wanti agar saya menjaga sopan santun, terutama saat masuk cungkup makam. Ada beberapa pantangan yang tak boleh dilanggar saat berkunjung ke makam. Pantangan tersebut antara lain dilarang membawa benda-benda apapun yang ada dilingkungan makam, bahkan secuil tanah sekalipun. Kita dianjurkan untuk uluk salam terlebih dahulu saat masuk makam, dan jangan tinggi hati atau menyepelekan hal-hal yang ada di komplek makam. Kalau tidak ingin kualat! Mitos-mitos lain yang brkembang di masyarakat jipang terkait dengan Arya Penangsang ini, misalnya ada cerita yang mengatakan bahwa sesekali aliran sungai Sengawan Solo yang berada disekat makam airnya berwarna merah darah. Darah itu diyakini berasal dari darah Arya Penangsang saat terluka terkena Tombak Kyai Plered.Dan tak hanya itu, sesekali terdengar ringkikan kuda tunggangan sanga adipati, “Gagak Rimang” di sekitar an Bengawan Sore. Konon di bekas Bengawan Sore tersebut ada pohon kelapa yang dulu ada tempat tambatan si “Gagak Rimang”. Mitos lain yang tabu bagi masyarakat Jipang adalah menanggap Ketoprak dengan lakon yang mengambil peran “Arya Penangsang” bisa sangat berbahaya. Karena hari sudah menjelang maghrib, meski cerita yang sebenarnya semakin menarik, kami berdua tetap mohon diri karena kami harus pulang ke Tuban. Akhir kata dari penulis, cerita ini tak lebih dari hanya sekadar cerita tutur. Tentu saja akan banyak yang tidak selaras dengan cerita yang berdasar acuan manuskrip. Hanya ini dulu yang bisa saya sampaikan. Akhir kata mohon maaf jika banyak kesalahan. Matur nuwun

Jumat, 24 Januari 2014

Sejarah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani

Diriwayatkan bahwa saat mengandung beliau usia ibunya 60 tahun. Ada yang menyatakan bahwa pada usia 60 tahun tidak ada wanita yang bisa hamil lagi. Ibu beliau bernama Fathimah binti Syekh Abdullah Ash-Shauma’i. Setelah lahir Syekh Abdul Qodir tidak mau menyusupada saat bulan Ramadhan, sehingga jika masyarakat tidak dapat melihat hilal penentuan bulan Ramadhan, masyarakat mendatangi ayah Syekh Abdul Qodir. Jika ayah beliau menjawab “hari ini anakku tidak menyusu maka orang-orangpun mengerti bahwa bulan Ramadhan telah tiba”. Abul Hasan An-Nadawi, dalam kitabnya “Rijalul Fikri wal da’wah wal Islam” (Tokoh-tokoh Intelektual Da’wah dan Islam) mengisahkan tentang Syeikh Abdul Qadir Al-Jailanisebagai berikut : “Majelis beliau (Abdul Qadir) dihadiri oleh tujuh puluh ribu orang. Di tangannya lebih dari lima ribu orang Yahudi dan Nasrani masuk Islam, dan lebih dari seratus orang yang sesat bertaubat. Beliau buka pintu bai’at dan taubat di bawah bimbingannya. Maka masuklah ke dalam bimbingannya orang-orang yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah, sehingga keadaan umat semakin membaik dan keislaman mereka pun semakin mendalam. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Thariqat Qadiriyah Saat usia 8 tahun, beliau sudah me-ninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad, yang saat itu Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selanjutnya pada tahun 521 H/1127 M, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat hingga beliau dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, be-liau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh besar yang harum namanya dalam dunia Islam. Sejak itulah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang mendirikan Tariqhat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tariqhat ini terus berkem-bang dan banyak diminati oleh kaum muslimin. Meski Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tariqhat ini, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga se-bagian Afrika dan Asia. Perkembangan Tariqhat ini semakin melesat, terlebih pada abad ke ke 15 M. Di India misalnya, Tariqhat Qadiriyah berkembang luas setelah Muhammad Ghawsh (1517 M) memimpin Tariqhat ini. Dia juga mengaku sebagai keturunan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Di Turki ada Ismail Rumi (1041 H/1631 M) yang diberi gelar mursyid kedua dari Tariqhat Qadiriyah. Adapun di Makkah, penyebaran Tariqhat Qodiriyah sudah bermula sejak 1180 H/1669 M. Berbeda dengan beberapa Tariqhat lainnya, Tariqhat Qadiriyah dikenal sebagai Tariqhat yang luwes. Dalam pan-dangan shufi, seseorang yang sudah mencapai derajat mursyid (guru) tidak mesti harus mengikuti Tariqhat guru di atasnya lagi. Ia memiliki hak untuk memperluas Tariqhat Qadiriyah dengan membuat Tariqhat baru, asalkan sejalan dengan Tariqhat Qadiriyah. Dari sifat keluwesannya ini, Tariqhat Qadiriyah memiliki banyak anak cabang yang masing-masing memiliki mursyid-nya. Sebut saja seperti Tariqhat Benawa yang berkembang pada abad ke-19, Tariqhat Ghawtsiyah (1517), Thariqhat Junaidiyah (1515 M), Thariqhat Kama-liyah (1584 M), Thariqhat Miyan Khei (1550 M), dan Thariqhat Qumaishiyah (1584), yagn semuanya berkembang di India. Di Turki terdapat Tariqhat Hin-diyah, Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, dan Waslatiyyah. Adapun di Yaman ada Tariqhat Ahda-liyah, Asadiyah, Mushariyyah, ‘Urabiy-yah, Yafi’iyah (718-768 H/1316 M) dan Zayla’iyah. Sedangkan di Afrika terdapat Tariqhat Ammariyah, Bakka’iyah, Bu’aliyya, Manzaliyah dan Tariqhat Jilala. Thariqat Jilala ini adalah sebuah nama lain yang dialamatkan oleh masyarakat Maroko kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Adapun di Indonesia, Thariqat Qa-diriyah berkembang pesat yang berasal dari kawasan Makkah, Arab Saudi. Thariqat Qadiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Pulau Jawa. Ada beberapa pesantren yang menjadi pusat pergerakan Thariqat Qadiriyah ini. Sebut saja seperti Pesan-tren Suryalaya Tasikmalaya (Jawa Ba-rat), Pesantren Mranggen (Jawa Tengah), dan Pesantren Tebuireng Jombang (Ja-wa Timur). Sebagai informasi tambahan, orga-nisasi agama di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari Thariqat Qadiriyah adalah Nahdhatul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Ada juga organisasi lain seperti al-Washliyah dan Thariqat Qadiriyah Naqsa-bandiyah yang merupakan organisasi resmi di Indonesia. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Berikut adalah beberapa kitab yang menjadi karya tulis beliau: 1. Al-Ghunyah li Thalib Thariiq al-Haq fi al-Akhlaq wa al-Tashawuf wa al-Adab al-Islamiyah. 2. Futuh al-Ghaib 3. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faidl al-Rahmani Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang hidup dengan penuh pengabdiannya kepada Islam. Beliau wafat pada malam Sabtu ba’da maghrib di daerah Babul Azajwafat, Baghdad, pada tanggal 8 Rabiul Akhir 561 H / 1166 M. Jenazahnya dimakamkan di madrasahnya sendiri setelah disaksikan oleh ribuan jama’ah yang tak terhitung jumlahnya. __________________________________________________________________ Keramat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Pada tulisan kali ini, kita akan sedikit menyimak beberapa kisah yang dialamatkan (ditujukan) kepada Syaikh Ab-dul Qadir al-Jailani. Kisah-kisah tersebut banyak tertulis di beberapa kitab dan cukup dikenal luas oleh kalangan kaum muslimin. Namun dalam hal ini, kita perlu tahu bahwa banyak dari kisah-kisah tersebut yang fiktif (tidak nyata kebenarannya). Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Kisah-Kisah Ajaibnya Diceritakan oleh Muhammad bin al-Khidir bin al-Husaini bahwa ayahnya berkata,” Jika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan pelajaran berbagai disiplin ilmu di majlisnya, maka perkataannya tak pernah terputus. Tidak ada seorangpun yang berani meludah, mendengus, berdehem, berbicara, maupun maju ke tengah majlis karena kharisma beliau. Keagungannya membuat orang-orang yang hadir ikut berdiri jika beliau datang ke dalam majlisnya. Karismanya membuat semua orang hening ketika beliau memerintahkan mereka untuk diam sampai yang terdengar hanya hembusan nafas mereka. Tangan orang-orang yang hadir dalam majlisnya sampai bersentuhan dengan kaki orang lain. Beliau mengenali mereka satu persatu hanya dengan memegang tanpa harus melihat wajahnya. Orang yang jauh sekalipun bisa men-dengar ucapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Bahkan beliau bisa menebak isi hati seseorang dan memberi nasihat berdasarkan ucapan batin dalam diri-nya. Diriwayatkan pula bahwa arwah pa-ra nabi berpusar mengelilingi majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani baik di langit maupun di bumi bak angin yang berpusar di ufuk. Juga malaikat meng-hadiri majlisnya berkelompok demi kelompok. Syaikh Abu Madyan bin Syuaib ber-kata, “Ketika aku bertemu dengan Al-Khidr, aku bertanya tentang para syaikh (wali Allah) dari barat sampai timur saat ini. Ketika aku bertanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, dia (al-Khidir) berkata, “Beliau adalah imam golongan as-Shidq, hujjah bagi kaum ‘arif. Dia adalah roh dalam ma’rifah dan posi-sinya dibandingkan dengan para wali lainya adalah al-Qurbah (kedekatan).” Dari Syaikh Muhammad bin Harawi, ia berkata, “Suatu hari ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di ma-jlisnya, beliau terdiam beberapa saat kemudian berkata,” Jika aku meng-inginkan Allah swt mengirimkan burung hijau yang akan mendengarkan perka-taanku maka Ia akan mengabulkannya’. Sekejap kemudian majlis tersebut dipe-nuhi oleh burung berwarna hijau yang dapat dilihat oleh semua yang hadir’”. Masih soal burung, suatu saat ada seekor burung yang melintas di atas majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah yang disembah, jika aku mengatakan ‘matilah terpotong-potong’ kepada burung itu maka hal itu pasti terjadi”. Se-telah beliau selesai mengucapkannya, burung tersebut jatuh dalam keadaan mati terpotong-potong”. Syaikh Baqa bin Bathu An-Nahri al-Makki berkata,“Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di tangga per-tama kursinya, tiba-tiba perkataan beliau terputus dan beliau tidak sadarkan diri beberapa saat. Setelah sadar beliau langsung turun dari kursi dan kemudian kembali menaiki kursi tersebut dan duduk di tangga kedua. Dan aku menyak-sikan tangga pertama tersebut mema-njang sepanjang penglihatan dan di-lapisi sutera hijau. Telah duduklah di sana Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Saat itu Allah swt ber-tajalli (merupakan istilah tasawuf yang berarti ”penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas) sehingga membuat beliau miring dan hampir jatuh jika tidak dipegang oleh Rasulullah saw. Kemudian beliau tampak semakin menge-cil hingga sebesar burung, kemudian menjadi sangat besar dan kemudian semakin menjauh dariku”. Ketika syaikh Baqa’ ditanya tentang penglihatannya kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya, beliau berkata, “Semua itu adalah arwah mereka yang membentuk. Hanya mereka yang dia-nugerahi kekuatan saja yang dapat me-lihat mereka dalam bentuk jasad dan segala sifat fisik.” Sedangkan saat beliau ditanya ten-tang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mengecil dan membesar, Syaikh Baqa’ berkata, “Tajalli pertama tidak bisa ditahan oleh orang biasa kecuali dengan pertolongan Nabi. Oleh karena itu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani nyaris terjatuh. Sedangkan Tajalli kedua didasarkan pada sifat ke-Agungan yang berasal dari Yang Disifati, oleh karena itu beliau mengecil. Sedangkan tajalli ketiga di-dasari pada sifat ke-Maha Indahan Allah, oleh karena itu beliau membesar. Semua itu adalah anugerah Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan sesungguhnya Allah memiliki anugerah yang a-gung”. Syaikh Harawi berkata, “Aku mela-yani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani selama 40 tahun, selama itu beliau se-lalu melaksanakan shalat subuh dengan wudhu shalat isya’. Jika beliau berha-dats, beliau segera memperbaharui wudhunya. Dan setelah shalat isya’ beliau masuk seorang diri ke dalam ruang khalwatnya dan tidak keluar hingga fajar. Syaikh Ahmad Rifa’i berwasiat ke-pada keponakan-keponakannya, “Jika kalian tiba di Baghdad, dahulukan me-ngunjungi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani jika beliau masih hidup. Atau menziarahi kuburnya apabila beliau sudah meninggal. Karena beliau telah mengambil janji Allah bahwa semua pemilik kondisi spiritual yang tidak menomor satukan beliau akan dicabut kondisi spiritual yang di-milikinya. Syaikh Abdul Qadir benar-benar merupakan kerugian begi mereka yang tidak melihatnya.” Syaikh Umar al-Bazaar berkata, “Su-atu hari aku duduk di hadapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam khalwatnya. Beliau berkata kepadaku, ‘Jaga punggungmu karena akan ada kucing yang jatuh di punggungmu’. Dalam hati aku berkata, ‘ Dari mana datangnya kucing? Tidak ada lubang di atas dan…..’ Se-belum selesai bicara, tiba-tiba seekor kucing jatuh ke punggungku. Kemudian beliau memukulkan tangannya ke dadaku dan aku mendapati cahaya terbit dari dalam dadaku bak mentari. Dan aku menemukan al-Haq pada saat itu. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani ber-kata, “Ibadah haji pertamaku aku lakukan pada saat aku masih muda dan sedang melaksanakan Tajrid (pelepasan). Saat aku tiba di daerah Umm al-Qurn aku bertemu Syaikh Uday bin Musafir yang juga masih muda. ‘Mau kemada engkau?’ Tanya Syaikh Uday kepadaku. ‘Makkah Al-Musyarafah’, jawabku. ‘Apa engkau bersama seseorang?’ tanya Syaikh Uday kembali. ‘Aku sedang melaksanakan tajrid,’ jawabku. Kemudian kami berdua melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan kami berjumpa seorang wanita kurus dari Habsyi (Ethiopia). Dia berhenti di depanku dan memandangi wajahku lalu kemudian berkata, ‘Anak muda, dari manakah engkau?’ Aku menjawab, ‘O-rang Ajam (non-Arab) yang tinggal di Baghdad’. ‘Engkau telah membuatku lelah hari ini,’ sahutnya. ‘Kenapa?’ tanyaku. Kemudian wanita itu pun menjelaskan alasannya, ‘Satu jam yang lalu aku berada di Habsyi kemudian Allah menunjukkan hatimu kepadaku sekaligus anugerah-Nya kepadamu yang belum pernah aku saksikan diberikan-Nya kepada selain dirimu. Hal itu menyebabkan aku ingin mengenal dirimu. Hari ini aku ingin berjalan bersama kalian melewatkan malam bersama kalian’. Lantas akupun berkata, ‘Itu merupakan kehormatan buat kami’. Setelah itu dia mengikuti kami berjalan di sisi lain wadi (aliran sungai gurun) tersebut. Ketika tiba waktu maghrib dan saat makan malam tiba, sebuah nampan turun dari langit yang berisi 6 potong roti beserta lauk pauknya. ‘Subhanallah segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memuliakan aku dan tamuku’, ungkap perempuan tersebut. Malam itu, setiap dari kami memakan dua potong roti. Selesai makan, datanglah tempat air dan kami meminum air yang kesegaran dan rasanya tidak ada di dunia ini. Setelah itu, perempuan itupun pergi meninggalkan kami. Kisah selanjutnya adalah, ada seorang kafilah yang kehilangan 4 untanya di hutan. Kemudian ia teringat akan pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa jika dirinya mendapat kesulitan, maka diperintahkan untuk menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian kafilah itu menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tiba-tiba, ada seorang berjubah putih di atas bukit dengan melambaikan tangan. Kafilah tersebut menuju sosok yang dimak-sud. Namun setelah sampai di atas bu-kit, sosok tersebut hilang dan malah ia menemukan ke 4 unta yang sedang dicarinya. Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani beserta kisah-kisah hidup, ilmu, dan karamah yang ditujukan kepadanya. Sumber : http://majalahummatie.wordpress.com/2009/10/02/mengenal-syaikh-abdul-qadir-al-jailani/ Dari sumber lain Syekh Abdul Qadir al-Jaylani merupakan tokoh sufi paling masyhur di Indonesia. Peringatan Haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahun oleh umat Islam Indonesia. Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Tarekat Qadiriyah ini lebih dikenal masyarakat lewat cerita-cerita karamahnya dibandingkan ajaran spiritualnya.Terlepas dari pro dan kontra atas kebenaran karamahnya, Biografi (manaqib) tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban. Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat al-Jaylani. Al-Jaylani merupakan penisbatan pada Jil, daerah di belakang Tabaristan. Di tempat itulah ia dilahirkan. Selain Jil, tempat ini disebut juga dengan Jaylan dan Kilan. NASAB Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasaniyin sekaligus Huseiniyin. MASA MUDA Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakkur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut ‘pengalaman-pengalaman mistik’. Ketika berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan keghairahan untuk bersama para orang saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghauts Al-A’dzam atau wali Ghauts terbesar. Dalam terminologi kaum sufi, seorang Ghauts menduduki jenjang ruhaniah dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi ummat manusia setelah para nabi. Seorang ulama’ besar di masa kini, telah menggolongkannya ke dalam Shaddiqin, sebagaimana sebutan Al Qur’an bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayyid Abdul Qadir ke Baghdad. Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang ibu diantaranya berpesan agar jangan berdusta dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk senantiasa mencamkan pesan tersebut. Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan, menghadanglah segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok sama sekali tak memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang atau tidak. Ingat akan janjinya kepada sang ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab: “Ya, aku punya delapan puluh keping emas yang dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu saja para perampok terperanjat keheranan. Mereka heran, ada manusia sejujur ini. Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan puluh keping emas sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi antara dia dan ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama. Mendengar hal ini, menangislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di kali Abdul Qadir, dan menyesali segala dosa yang pernah dilakukan. Diriwayatkan, bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya. BELAJAR DI BAGHDAD Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam belajar, ia gemar musyahadah*). Ia sering berpuasa, dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang berfikir serba ruhani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya. Lambat laun wali ini menjadi pembimbing ruhani Abdul Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon ghauts ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya. LATIHAN-LATIHAN RUHANIAH Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur’an suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa berwudhu lagi, karena belum batal. Diriwayatkan pula, beliau kerapkali khatam membaca Al-Qur’an dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya. DICOBA IBLIS Suatu peristiwa terjadi pada malam babak baru ini, yang diriwayatkan dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada semua tokoh keagamaan yang dikenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan secara perlambang, suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan. Misal, tentang bagaimana nabi Isa as digoda oleh Iblis, yang membawanya ke puncak bukit dan dari sana memperlihatkan kepadanya kerajaan-kerajaan duniawi, dan dimintanya nabi Isa a.s., menyembahnya, bila ingin menjadi raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau, sebagai pemimpin ruhaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa perjuangan jiwa sang pemimpin dalam hidupnya. Demikian pula yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh berdakwah menentang praktek-praktek keberhalaan masyarakat dan musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya dengan kecantikan, harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan jawaban beliau: “Aku sama sekali tak menginginkan harta ataupun tahta. Aku telah diutus oleh Allah sebagai seorang Nadzir**) bagi umat manusia, menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian menerimanya, maka kalian akan bahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Dan jika kalian menolak, tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku.” Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat kemaujudan duniawi. Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari Iblis menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di langit tertinggi. Sang Syaikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain adalah si Iblis, karena baik Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan toh masih punya cara lain, katanya: “Baiklah Abdul Qadir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu.” “Enyahlah!, bentak sang wali.” Jangan kau goda aku, bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allahlah aku selamat dari perangkapmu”. Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syaikh sedang berada di rimba belantara, tanpa makanan dan minuman, untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syaikh meredakan dahaganya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: “Akulah Tuhanmu, kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram.” Sang Syaikh berucap: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Sosok itu pun segera pergi berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: “Dengan ilmumu dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku.” Lalu setan bertanya tentang kesigapan sang Syaikh dalam mengenalinya. Sang Syaikh menyahut bahwa pernyataannya menghalalkan segala yang haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan semacam itu tentu bukan dari Allah. Kedua versi ini benar, yang menyajikan dua peristiwa berlainan secara perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan perjuangannya melawan kebanggaan akan ilmu. Yang lain dikaitkan dengan perjuangannya melawan kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang dalam perjalanan ruhaniahnya. Kesadaran aka kekuatan dan kecemasan akan kesenangan merupakan kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang salih. Dan setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang layak menjadi pemimpin sejati manusia. PANUTAN MASYARAKAT Kini sang Syaikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal dari ruhaninya. Kala ia memperoleh ilham, sebagaimana sang Syaikh sendiri ingin menyampaikannya, keyakinan Islami melemah. Sebagian muslim terlena dalam pemuasan jasmani, dan sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi. Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentang masalah ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di Baghdad, yang di situ seorang kurus kering sedang berbaring di sisi jalan, menyalaminya. Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syaikh terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: ” Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku kembali melalui bantuanmu.” Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan, menamainya Muhyiddin, ‘pembangkit keimanan’, gelar yang kemudian dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah. KEHIDUPAN RUMAH TANGGA Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan ia menganggapnya sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh putra, dan yang lainnya putri. Empat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya, al: Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur. Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya. Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebagaimana ayahnya. Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus, hingga wafat. Tujuh puluh delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syaikh Isa. Dua wacana terakhir, yang memaparkan saat-saat terakhir sang wali, diriwayatkan oleh Syaikh Wahab. Syaikh Musa termaktub pada wacana ke tujuh puluh sembilan dan delapan puluh. Pada dua wacana terakhir nanti disebutkan, pembuatnya adalah Syaikh Abdul Razaq dan Syaikh Abdul Aziz, dua putra sang wali, dengan diimlakkan oleh sang wali pada saat-saat terakhirnya. KESEHARIANNYA Sebagaimana telah kita saksikan, sang wali bertabligh tiga kali dalam seminggu. Di samping bertabligh setiap hari, pada pagi dan malam hari, ia mengajar tentang Tafsir Al Qur’an, Hadits, Ushul Fiqih, dan mata pelajaran lain. Sesudah Dhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum, yang diajukan kepadanya dari segenap penjuru dunia. Sore hari, sebelum sholat Maghrib, ia membagi-bagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah sholat Maghrib, ia selalu makan malam, karena ia berpuasa sepanjang tahun. Sebalum berbuka, ia menyilakan orang-orang yang butuh makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama. Sesudah sholat Isya’, sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di kamarnya, dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah kepada Allah – suatu amalan yang dianjurkan Qur’an Suci. Sebagai pengikut sejati Nabi, ia curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk mengabdi ummat manusia, dan sebagian besar waktu malam dihabiskan untuk mengabdi Penciptanya. Pengaruh dan Karya Waktunya banyak diisi dengan meengajar dan bertausyiah. Hal ini membuat Syekh tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dan mengarang. Bahkan, bisa jadi beliau tidak begitu tertarik di bidang ini. Pada tiap disiplin ilmu, karya-karya Islam sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan, sepertinya perpustakaan tidak butuh lagi diisi buku baru. Yang dibutuhkan masyarakat justru saran seorang yang bisa meluruskan yang bengkok dan membenahi kesalahan masyarakat saat itu. Inilah yang memanggil suara hati Syekh. Ini pula yang menjelaskan pada kita mengapa tidak banyak karya yang ditulis Syekh. Memang ada banyak buku dan artikel yang diklaim sebagai tulisannya. Namun, yang disepakati sebagai karya syekh hanya ada tiga: 1.Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq merupakan karyanya yang mengingatkan kita dengan karya monumental al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din. Karya ini jelas sekali terpengaruh, baik tema maupun gaya bahasanya, dengan karya al-Ghazali itu. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membincangkan aspek ibadah, dilanjutkan dengan etika Islam, etika doa, keistimewaan hari dan bulan tertentu. Ia kemudian membincangkan juga anjuran beribadah sunah, lalu etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlak yang baik. 2.Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani merupakan bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syekh. Tiap satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H. Jumlah halamannya mencapai 90 halaman. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam berbagai majelisnya. Sebagiannya bahkan berisi jawaban atas persoalan yang muncul pada forum pengajian itu. 3.Futuh al-Ghayb merupakan kompilasi dari 78 artikel yang ditulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlak, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al-Rabbani. Keseluruhan halamannya mencapai 212 halaman. Buku ini sendiri sebetulnya hanya 129 halaman. Sisa halamannya diisi dengan himpunan senandung pujian yang dinisbatkan pada Syekh. Ibn Taymiyah juga memuji buku ini. Kesaksian Ulama Syekh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syekh Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan Syekh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syekh Junaid al-Baghdadi sedang bertafakur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata, “Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!” Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan beliau itu. Kata Syekh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan mengatakan, ‘Kakiku ada di atas pundak para Wali.” Syekh Abu Bakar ibn Hawara, juga hidup sebelum masa Syekh Abdul Qadir. Ia adalah salah seorang ulama terkemuka di Baghdad. Konon, saat ia sedang mengajar di majelisnya, ia berkata: “Ada 8 pilar agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syekh Ma’ruf al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syekh Bisri al Hafi, 4) Syekh Mansur ibn Amar, 5) Syekh Junaid al-Baghdadi, 6) Syekh Siri as-Saqoti, 7) Syekh Abdullah at-Tustari, dan 8) Syekh Abdul Qadir Jailani.” Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syekh Muhammad ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syekh Abdul Qadir Jailani?” Maka Syekh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah shalihin yang tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di Baghdad.” Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad (1044-1132 H), dalam kitabnya Risalatul Mu’awanah menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau memilih Syekh Abdul Qadir Jaylani sebagai suri-teladannya. Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu atau pun di saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun. Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syekh Abdul Qadir, lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya. Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikit pun, bahkan beliau tak menghentikan ceramahnya. Ini membuktikan bahwa Syekh Abdul Qadir Jailani benar-benar seorang yang tawakkal dan memiliki karamah. Ibnu Rajab juga berkata, “Syekh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu makrifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “ Al-Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi.” Wafat Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama. Bahkan, ada yang mengatakan, Syekh sakit hanya sehari—semalam. Ia wafat pada malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 561 H. Saat itu usianya sudah menginjak 90 tahun. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan bertausiah. Konon, ketika hendak menemui ajal, putranya yang bernama ‘Abdul Wahhab memintanya untuk berwasiat. Berikut isi wasiat itu: “Bertakwalah kepada Allah. Taati Tuhanmu. Jangan takut dan jangan berharap pada selain Allah. Serahkan semua kebutuhanmu pada Allah Azza wa Jalla. Cari semua yang kamu butuhkan pada Allah. Jangan terlalu percaya pada selain Allah. Bergantunglah hanya pada Allah. Bertauhidlah! Bertauhidlah! Bertauhidlah! Semua itu ada pada tauhid.” Demikian manaqib ini kami tulis, semoga membawa barokah, manfa,at, dan Ridho allah swt, syafa’at Rosululloh serta karomah Auliyaillah khushushon Syekh Abdul Qodir Jailani selalu terlimpahkan kepada kita, keluarga dan anak turun kita semua Dunia – Akhirat. Amien Diambil dari berbagai sumber *) Musyahadah : penyaksian langsung. Yang dimaksud ialah penyaksian akan segala kekuasaan dan keadilan Allah melalui mata hati. **) Nadzir : pembawa ancaman atau pemberi peringatan. Salah satu tugas terpenting seorang Rasul adalah membawa beita, baik berita gembira maupun ancaman

Senin, 13 Januari 2014

Jongko Joyoboyo.

140. polahe wong Jawa kaya gabah diinteri
endi sing bener endi sing sejati
para tapa padha ora wani padha wedi ngajarake piwulang adi salah-salah anemani pati

tingkah laku orang Jawa seperti gabah ditampi
mana yang benar mana yang asli para pertapa semua tak berani takut menyampaikan ajaran benar salah-salah dapat menemui ajal

141. banjir bandang ana ngendi-endi gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni gehtinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti

banjir bandang dimana-mana gunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur karena takut bakal terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya

142. pancen wolak-waliking jaman amenangi jaman edan ora edan ora kumanan sing waras padha nggagas wong tani padha ditaleni wong dora padha ura-ura beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha

sungguh zaman gonjang-ganjing menyaksikan zaman gila tidak ikut gila tidak dapat bagian yang sehat pada olah pikir para petani dibelenggu para pembohong bersuka ria beruntunglah bagi yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada

143. ratu ora netepi janji musna kuwasa lan prabawane akeh omah ndhuwur kuda wong padha mangan wong kayu gligan lan wesi hiya padha doyan dirasa enak kaya roti bolu yen wengi padha ora bisa turu

raja tidak menepati janji kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya banyak rumah di atas kuda orang makan sesamanya kayu gelondongan dan besi juga dimakan katanya enak serasa kue bolu malam hari semua tak bisa tidur

144. sing edan padha bisa dandan sing ambangkang padha bisa nggalang omah gedong magrong-magrong

yang gila dapat berdandan yang membangkang semua dapat membangun rumah, gedung-gedung megah

145. wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludes akeh wong mati kaliren gisining panganan akeh wong nyekel bendha ning uriping sengsara

orang berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habis banyak orang mati kelaparan di samping makanan banyak orang berharta namun hidupnya sengsara

146. wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil sing ora abisa maling digethingi sing pinter duraka dadi kanca wong bener sangsaya thenger-thenger wong salah sangsaya bungah akeh bandha musna tan karuan larine akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe

orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil yang tidak dapat mencuri dibenci yang pintar curang jadi teman orang jujur semakin tak berkutik orang salah makin pongah banyak harta musnah tak jelas larinya banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab

147. bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret sakilan bumi dipajeki wong wadon nganggo panganggo lanang iku pertandhane yen bakal nemoni wolak-walike zaman

bumi semakin lama semakin sempit sejengkal tanah kena pajak wanita memakai pakaian laki-laki itu pertanda bakal terjadinya zaman gonjang-ganjing

148. akeh wong janji ora ditepati akeh wong nglanggar sumpahe dhewe manungsa padha seneng ngalap, tan anindakake hukuming Allah barang jahat diangkat-angkat barang suci dibenci

banyak orang berjanji diingkari banyak orang melanggar sumpahnya sendiri manusia senang menipu tidak melaksanakan hukum Allah barang jahat dipuja-puja barang suci dibenci

149. akeh wong ngutamakake royal lali kamanungsane, lali kebecikane lali sanak lali kadang akeh bapa lali anak akeh anak mundhung biyung sedulur padha cidra keluarga padha curiga kanca dadi mungsuh manungsa lali asale

banyak orang hamburkan uang lupa kemanusiaan, lupa kebaikan lupa sanak saudara banyak ayah lupa anaknya banyak anak mengusir ibunya antar saudara saling berbohong antar keluarga saling mencurigai kawan menjadi musuh manusia lupa akan asal-usulnya

150. ukuman ratu ora adil akeh pangkat jahat jahil kelakuan padha ganjil sing apik padha kepencil akarya apik manungsa isin luwih utama ngapusi

hukuman raja tidak adil banyak yang berpangkat, jahat dan jahil tingkah lakunya semua ganjil yang baik terkucil berbuat baik manusia malah malu lebih mengutamakan menipu

151. wanita nglamar pria isih bayi padha mbayi sing pria padha ngasorake drajate dhewe

wanita melamar pria masih muda sudah beranak kaum pria merendahkan derajatnya sendiri

Bait 152 sampai dengan 156 tidak ada (hilang dan rusak)

157. wong golek pangan pindha gabah den interi sing kebat kliwat, sing kasep kepleset sing gedhe rame, gawe sing cilik keceklik sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati nanging sing ngawur padha makmur sing ngati-ati padha sambat kepati-pati

tingkah laku orang mencari makan seperti gabah ditampi yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset yang besar beramai-ramai membuat yang kecil terjepit yang angkuh menengadah, yang takut malah mati namun yang ngawur malah makmur yang berhati-hati mengeluh setengah mati

158. cina alang-alang keplantrang dibandhem nggendring melu Jawa sing padha eling sing tan eling miling-miling mlayu-mlayu kaya maling kena tuding eling mulih padha manjing akeh wong injir, akeh centhil sing eman ora keduman sing keduman ora eman

cina berlindung karena dilempari lari terbirit-birit ikut orang Jawa yang sadar yang tidak sadar was-was berlari-lari bak pencuri yang kena tuduh yang tetap tinggal dibenci banyak orang malas, banyak yang genit yang sayang tidak kebagian yang dapat bagian tidak sayang

159. selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu bakal ana dewa ngejawantah apengawak manungsa apasurya padha bethara Kresna awatak Baladewa agegaman trisula wedha jinejer wolak-waliking zaman wong nyilih mbalekake, wong utang mbayar utang nyawa bayar nyawa utang wirang nyaur wirang

selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) akan ada dewa tampil berbadan manusia berparas seperti Batara Kresna berwatak seperti Baladewa bersenjata trisula wedha tanda datangnya perubahan zaman orang pinjam mengembalikan, orang berhutang membayar hutang nyawa bayar nyawa hutang malu dibayar malu

160. sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener lawase pitung bengi, parak esuk bener ilange bethara surya njumedhul bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur iku tandane putra Bethara Indra wus katon tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang pari panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur lamanya tujuh malam hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak datang di bumi untuk membantu orang Jawa

161. dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan wetane bengawan banyu andhedukuh pindha Raden Gatotkaca arupa pagupon dara tundha tiga kaya manungsa angleledha

asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur sebelah timurnya bengawan berumah seperti Raden Gatotkaca berupa rumah merpati susun tiga seperti manusia yang menggoda

162. akeh wong dicakot lemut mati akeh wong dicakot semut sirna akeh swara aneh tanpa rupa bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis tan kasat mata, tan arupa sing madhegani putrane Bethara Indra agegaman trisula wedha momongane padha dadi nayaka perang perange tanpa bala sakti mandraguna tanpa aji-aji

banyak orang digigit nyamuk, mati banyak orang digigit semut, mati banyak suara aneh tanpa rupa pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar tak kelihatan, tak berbentuk yang memimpin adalah putra Batara Indra, bersenjatakan trisula wedha para asuhannya menjadi perwira perang jika berperang tanpa pasukan sakti mandraguna tanpa azimat

163. apeparap pangeraning prang tan pokro anggoning nyandhang ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang sing padha nyembah reca ndhaplang, cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang

bergelar pangeran perang kelihatan berpakaian kurang pantas namun dapat mengatasi keruwetan orang banyak yang menyembah arca terlentang cina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan

164. putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti mumpuni sakabehing laku nugel tanah Jawa kaping pindho ngerahake jin setan kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda landhepe triniji suci bener, jejeg, jujur kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong

putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti menguasai seluruh ajaran (ngelmu) memotong tanah Jawa kedua kali mengerahkan jin dan setan seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda tajamnya tritunggal nan suci benar, lurus, jujur didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong

165. pendhak Sura nguntapa kumara kang wus katon nembus dosane kadhepake ngarsaning sang kuasa isih timur kaceluk wong tuwa paringane Gatotkaca sayuta

tiap bulan Sura sambutlah kumara yang sudah tampak menebus dosa dihadapan sang Maha Kuasa masih muda sudah dipanggil orang tua warisannya Gatotkaca sejuta

166. idune idu geni sabdane malati sing mbregendhul mesti mati ora tuwo, enom padha dene bayi wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada garis sabda ora gentalan dina, beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa nanging inung pilih-pilih sapa

ludahnya ludah api sabdanya sakti (terbukti) yang membantah pasti mati orang tua, muda maupun bayi orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi garis sabdanya tidak akan lama beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya tidak mau dihormati orang se tanah Jawa tetapi hanya memilih beberapa saja

167. waskita pindha dewa bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira pindha lahir bareng sadina ora bisa diapusi marga bisa maca ati wasis, wegig, waskita, ngerti sakdurunge winarah bisa pirsa mbah-mbahira angawuningani jantraning zaman Jawa ngerti garise siji-sijining umat Tan kewran sasuruping zaman

pandai meramal seperti dewa dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda seolah-olah lahir di waktu yang sama tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati bijak, cermat dan sakti mengerti sebelum sesuatu terjadi mengetahui leluhur anda memahami putaran roda zaman Jawa mengerti garis hidup setiap umat tidak khawatir tertelan zaman

168. mula den upadinen sinatriya iku wus tan abapa, tan bibi, lola awus aputus weda Jawa mung angandelake trisula landheping trisula pucuk gegawe pati utawa utang nyawa sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda

oleh sebab itu carilah satria itu yatim piatu, tak bersanak saudara sudah lulus weda Jawa hanya berpedoman trisula ujung trisulanya sangat tajam membawa maut atau utang nyawa yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan

169. sirik den wenehi ati malati bisa kesiku senenge anggodha anjejaluk cara nistha ngertiyo yen iku coba aja kaino ana beja-bejane sing den pundhuti ateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberi hati mati dapat terkena kutukan senang menggoda dan minta secara nista ketahuilah bahwa itu hanya ujian jangan dihina ada keuntungan bagi yang dimintai artinya dilindungi anda sekeluarga

170. ing ngarsa Begawan dudu pandhita sinebut pandhita dudu dewa sinebut dewa kaya dene manungsa dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh gawang-gawang terang ndrandhang

di hadapan Begawan bukan pendeta disebut pendeta bukan dewa disebut dewa namun manusia biasa bukan kekuatan lain diterangkan jelas bayang-bayang menjadi terang benderang

171. aja gumun, aja ngungun hiya iku putrane Bethara Indra kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh hiya siji iki kang bisa paring pituduh marang jarwane jangka kalaningsun tan kena den apusi marga bisa manjing jroning ati ana manungso kaiden ketemu uga ana jalma sing durung mangsane aja sirik aja gela iku dudu wektunira nganggo simbol ratu tanpa makutha mula sing menangi enggala den leluri aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu beja-bejane anak putu

jangan heran, jangan bingung itulah putranya Batara Indra yang sulung dan masih kuasa mengusir setan turunnya air brajamusti pecah memercik hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya tidak bisa ditipu karena dapat masuk ke dalam hati ada manusia yang bisa bertemu tapi ada manusia yang belum saatnya jangan iri dan kecewa itu bukan waktu anda memakai lambang ratu tanpa mahkota sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati, jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh keberuntungan ada di anak cucu

172. iki dalan kanggo sing eling lan waspada ing zaman kalabendu Jawa aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa cures ludhes saka braja jelma kumara aja-aja kleru pandhita samusana larinen pandhita asenjata trisula wedha iku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspada pada zaman kalabendu Jawa jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga jangan keliru mencari dewa carilah dewa bersenjata trisula wedha itulah pemberian dewa

173. nglurug tanpa bala yen menang tan ngasorake liyan para kawula padha suka-suka marga adiling pangeran wus teka ratune nyembah kawula angagem trisula wedha para pandhita hiya padha muja hiya iku momongane kaki Sabdopalon sing wis adu wirang nanging kondhang genaha kacetha kanthi njingglang nora ana wong ngresula kurang hiya iku tandane kalabendu wis minger centi wektu jejering kalamukti andayani indering jagad raya padha asung bhekti

menyerang tanpa pasukan bila menang tak menghina yang lain rakyat bersuka ria karena keadilan Yang Kuasa telah tiba raja menyembah rakyat bersenjatakan trisula wedha para pendeta juga pada memuja itulah asuhannya Sabdopalon yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur segalanya tampak terang benderang tak ada yang mengeluh kekurangan itulah tanda zaman kalabendu telah usai berganti zaman penuh kemuliaan memperkokoh tatanan jagad raya semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi

Minggu, 12 Januari 2014

Lawang Sewu , Semarang

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang). Pada masa perjuangan gedung Lawang Sewu ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang. Gedung Lawang Sewu ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat maka dari itu Pemerintah Kota Semarang, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Meski sudah berusia satu abad, gedung bergaya indis yang dipadukan dengan ornamen lokal yang kental ini masih terlihat kuat dan kokoh. Hiasan kaca patri di jendela semakin menambah kesan mewah dan elegan. Waktu rupanya tak mampu memudarkan kegagahan dan keanggunan gedung yang menjadi landmark Kota Semarang ini. Memasuki salah satu Gedung Lawang Sewu, Anda akan disambut lorong panjang yang dipenuhi pintu kayu di kanan dan kirinya. Bangunan yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Kunjungan ke Lawang Sewu kemudian dilanjutkan dengan menyusuri ruang bawah tanah. Menyaksikan ruangan-ruangan sempit, gelap, dan lembab yang pernah digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa dengan jelas
Seputar Semarang HOMEALL CATEGORYPHOTO GALLERYPETA WISATA Lawang Sewu Semarang Semarang - Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu. Foto Gallery Lawang Sewu Semarang: Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untuk Pre Wedding. Lawang Sewu Pasca Pemugaran: Setelah cukup lama lawang sewu seperti tak terurus, akhirnya Lawang Sewu dilakukan pemugaran yang memakan waktu cukup lama, akhirnya selesai pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan event Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh Nusantara. Berikut foto foto Lawang Sewu pasca pemugaran: Video Lawang Sewu: Peta Lokasi Lawang Sewu: View Peta Wisata Semarang in a larger map Mei 2013: Berapakan sebenarnya jumlah pintu dari Lawang Sewu? Seperti Kepulauan Seribu yang jumlah pulau yang sebenarnya tak sampai 1.000, karena tercatat hanya 342 buah bulau saja. Sebutan “Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya jumlah pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak 429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding door/pintu geser). Sejarah Lawang Sewu: Sejarah gedung ini tak lepas dari sejarah perkeretaapian di indonesia karena dibangun sebagai Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) yaitu kantor pusat NIS, perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang dengan “Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta) dengan jalur pertamanya Jalur Semarang Temanggung 1867. Awalnya administrasi NIS diselenggarakan di Stasiun Semarang NIS. Pertumbuhan jaringan yang pesat diikuti bertambahnya kebutuhan ruang kerja sehingga diputuskan membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh pada lahan di pinggir kota dekat kediaman Residen Hindia Belanda, di ujung selatan Bodjongweg Semarang. Direksi NOS menyerahkan perencanaan gedung ini kepada Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, arsitek dari Amsterdam Belanda. Pelaksanaan pambangunan dimulai 27 Februari 1904 dan selesai 1907. Kondisi tanah di jalan harus mengalami perbaikan terlebih dahulu dengan penggalian sedalam 4 meter dan diganti dengan lapisan vulkanis. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan kantor dilaksanakan dengan membuat bangunan tambahan pada tahun 1916 – 1918. Pada tahun 1873 rel kereta api pertama di Hindia Belanda selesai dibangun. Jalan itu dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij (NIS), suatu perusahaan swasta yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial untuk menghubungkan daerah pertanian yang subur di Jawa Tengah dengan kota pelabuhan Semarang (Durrant, 1972). Stasiun di Semarang yang berada di tambaksari tidak jauh dari pelabuhan. Pada peralihan abad ke-20 NIS membangun stasiun stasiun baru yang besar. Pada tahun 1914 stasiun Tambaksari digantikan oleh Stasiun Tawang. Sebelumnya pada tahun 1908 selesai dibangun pula kantor pusat NIS yang baru, bangunan itu berada di ujung jalan Bodjong, di Wilhelmina Plein berseberangan dengan kediaman gubernur. Kantor pusat NIS yang baru itu adalah bangunan besar 2 lantai berbentuk “L” yang dirancang oleh J.F Klinkhamer dan Ouendag dalam gaya Renaissance Revival (Sudrajat,1991). Menurut Sudrajat pembangunan kantor pusat NIS di Semarang adalah tipikal 2 dasawarsa awal abad 20 ketika diperkenalkan politik etis, ketika itu “… Muncul kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan bangunan bangunan publik dan perumahan, akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan pertumbuhan usaha swasta”. Penduduk Semarang memberinya nama “Lawang Sewu” (pintu seribu), mengacu pada pintu pintunya yang sangat banyak, yan gmerupakan usaha para arsiteknya untuk membangun gedung kantor modern yang sesuai dengan iklim tropis Semarang. Semua bahan bangunan didatangkan dari Eropa kecuali batu bata, batu alam dan kayu jati. Pada saat yang bersamaan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berusaha mengambil alih kereta api, pertempuran pecah antara pemuda dan tentara Jepang, belasan pemuda terbunuh di gedung ini, 5 diantara mereka dimakamkan di halaman (tetapi pada tahun 1975 jenazah mereka dipindah ke Taman Makam Pahlawan). Di depan Lawang Sewu berdiri monumen untuk memperingati mereka yang gugur di Pertempuran Lima Hari. Sesaat setelah kemerdekaan Lawang Sewu digunakan Kantor Perusahaan Kereta Api, kemudian militer mengambil alih gedung ini, tetapi sekarang telah kembali ke tangan PT KAI. Daftar Kategori Gedung Kuno, Wisata Tagged with: Area tugu muda, arsitektur belanda, bangunan kuno, pandanaran, pemuda, pre wedding 58 Responses to “Lawang Sewu Semarang” Adi Kristanto says: August 1, 2010 at 6:54 am Foto by Adi Kristanto: http://www.flickr.com/photos/adivlado/ reply Suke says: August 1, 2011 at 12:03 pm boleh, silakan datang… reply sahid says: September 7, 2013 at 2:33 am salam sejahtera, kami dari SD GLANTENGAN KUDUS berencana untuk karya wisata masa jeda 1 d lawang sewu. mohon info jam buka dan tiket masuk per siswa. trmksh reply Suke says: August 1, 2011 at 12:03 pm ini foto tahun 2010 reply Penggila Ubuntu says: May 7, 2011 at 10:46 pm Saya belum pernah datang ke semarang.. pingin banget jalan-jalan ke sana setelah baca beberapa postingan di blog ini.. reply yhanna says: February 21, 2013 at 5:14 pm dateng aja ke smg reply Lintas Berita says: May 20, 2011 at 12:27 pm wah lawang sewu mah wisata misteri tapi katanya sekarang kalau malam sudah agak terang ya tempatnya banyak lampunya ? tukeran link yuk dengan Link Otomatis blog ku reply rodes berbagi informasi says: June 13, 2011 at 2:57 pm lawang sewu penuh mistis. . . tp kenapa msh jd tempat wisata ? tp yah, memang p[eninggalan jaman dulu harus dilestarikan. reply suretno says: June 26, 2011 at 8:52 am Bangunannya eropa banget ya mas. Kapan bisa ke gedung bersejarah ini. reply ari pratiwi says: July 6, 2011 at 3:07 pm seneng deh lawang sewu sudah dipugar… jadi gak serem lagi.. ayo rame-rame kita ke lawang sewu… reply Nur Isneni Ja Lhk says: July 8, 2011 at 3:03 am pengen deh pulang kampung,,biar bisa ke lawang sewu lg lumayan deket dari rumah reply maria says: July 22, 2011 at 4:49 am masih penasaran dengan gedung tua ini……….sesuai dengan misterinya kah????? reply fathia says: November 15, 2011 at 6:52 pm ada no kontak lawang sewu ga?? mau tanya2 apa masih di renovasi atau tidak?? mohon bantuannya,, reply galih says: June 8, 2012 at 4:34 pm silahkan datang ke semarang. visit semarang.. awalnya lawang sewu di gunakan belanda untuk pusat kontrol perkereta apian daerah jawa, karena semarang merupakan kota yang berada pada pusat pulau jawa. jadi kantor pusat perkereta apian pada mas belanda adalah ya lawang sewu ini. jumlah pintu yang banyak ini pula dimaksudkan agar setiap ruangan di gedung 2 mewakili daerah asalnya (misal ruang 1 untuk batavia, 2 untuk surabaya, dst). dan ajaibnya untuk gedung utama 95% kurang lebih bahan dasar bangunannya adalah dari eropa, mulai dari genteng ( warna merah pada gedung utama berbeda dengan gedung kedua), lantai gedung utama menggunakan marmer, asiknya lagi untuk atap gedung utama dibawah gentengnya itu ada pengaman berupa plat baja, talang air ( perbandingan gedung utama dengan kedua sangat jelas). dan hebatnya VOC ( bukan Belanda) mereka mendatangkan langsung arsitek terbaik di eropa untuk mempelopori gedung ini. karena indonesia rawan bencana gempa bumi maka di buatlah ruangan di bawah gedung, sebelum membuat pondasi gedung, bagian bawah di kasih pecahan batuan kali (seperti penyangga rel kereta) bertujuan untuk menahan gempa, ruang bawah gedung juga di isi air yang bertujuan untuk pendingin ruangan. namun sayang sekali, gedung se megah di tengah kota dekat tugumuda tersebut sering dikategorikan angker. kenapa di katakan angker, pada saat pendudukan jepang sebelum indonesia lahir, gedung ini pernah menjadi kantor dari jepang dan ruang bawah gedung di gunakan untuk menyimpan Romusha( karena dulu diberlakukan tidak manusiawi). jadi dalam penyimpanan romusha atau tahanan perang jepang itu di simpan di situ banyak yang meninggal karena umumnya sebuah ruangan 1×2 hanya dapat diisi <5, dan disana di isi hingga 15orang lebih.jadi banyak yang meninggal di situ dan di siksa oleh tentara jepang. eits, jangan terlalu jauh membahas itu. dalam gedung lawang sewu tersebut juga terdapat ruang pesta, ruang pertemuan yang digunakan pada masa itu. anehnya, semua barang – barang bersejarah (wastapel, kran, lampu pesta, dll semua itu hilang kecuali yang rusak masih tetap, karena bahan dasar semua itu di datangkan langsung dari eropa) semoga wacana tadi bermanfaat, itulah yang dapat saya sampaikan mengenai lawang sewu semarang. dari Galih(pendidikan sejarah angkatan 2011 UNNES) untuk kontak person lawang sewu aq gtw, kalo bth info datang langsung aja atow mentions twitter @galihku00pw "oia, 10x kunjungan gratis 1x kunjungan lho (buktinya adalah tiket masuk sebanyak 10x) HTM murah kok tenang aja, tapi harus juga nyewa tourleader lho, kalo g nyewa nanti ga bsa kluar gmn?hihihihihi reply kliker says: November 21, 2011 at 4:25 am skrg lawang sewu hilang identitas keasliannya. sangat disayangkan, lawang sewu direstorasi tp tidak dikembalikan /dipertahankan keasliannya. mengecewakan. reply Salju Gurun says: November 25, 2011 at 4:05 am lawang sewu serem?! nggak ahh.. reply adjie says: December 6, 2011 at 10:09 am tiap hari juga lewat sini reply Billiton Island says: December 23, 2011 at 3:39 am waktu kesemarang beberapa tahun lalu, hanya singgah di Simpang 5, belum sempat ke 1000 pintu….. reply ADE says: January 17, 2012 at 11:34 pm aku lom pernah lihat lawang sewu tuh,,, tapi entar lagi akan kesampean tgl 1 s/d 5 februaru 2012 aku kan berkunjung di lawang sewu semarang reply Bungzhu Zyraith says: January 23, 2012 at 6:12 am Klo ga salah dulu ada tukeran linknya. skrg koq udah ga ada lagi yah? hehehe reply nugros says: January 23, 2012 at 3:35 pm lawang sewu sekarang payah… sangat tidak bersahabat bagi para pelancong.. dari dateng udah kena mafia parkir, yang sangat tidak representatif dengan tarif tinggi. masuk gerbang memang ga ditarik biaya, tapi mau foto-foto disuruh (setengah memaksa) untuk membeli tiket Rp. 10.000 per orang udah gitu banyak berkeliaran para guide yang siap-siap ‘memangsa’ Anda yang kurang waspada.. kaya gitu kok jadi obyek wisata dunia.. bolehlah mengenakan biaya tiket yang tinggi dengan alasan untuk biaya pelestarian cagar budaya, tapi sebaiknya dengan cara yang elegan, nggak katro mungkin memang disesuaikan dengan kota Semarang sebagai katropolitan kali yah? reply inndry says: March 5, 2012 at 2:55 am waahh,,masa si..??parah tuuhh -__-” reply susun ageng says: September 22, 2012 at 9:32 am suasana kota Semarang yang membuat orang engan datang untuk menikmati kemegahan dari obyek peninggalan nenek moyang kita, kepatutan dan cerita dari berbagai pendatang yang melihat Gedung Sejarah Lawang Sewu kebetulan saya bersama Rombongan 2Bis, kami sudah keropatan untuk parkir, dan tidak ada retribusi yang jelas untuk asuk ke obyek wisata tersebut, bersusah payah bernegosiasi untuk masuk dapat menikmati suasana peninggalan gedung sejarah Lawang Sewu. yang membuat lamban begitulah gambaran yang kami alami dalam kunjungan Ke MLS. mohon agak dipersaempit progresif aturan main yang jelas, para pengunjung toh semua itu milik kita bersama dan kita wajib melestarikan dan mengenalkan budaya bangsa kita. reply sava garnie says: March 27, 2013 at 11:47 pm gitu ? saya masuk kesana tidak seperti yang anda bicarakan HTM : anak kecil 3-12 tahun : 5rb Pelajar : 5rb Dewaasa : 10rb tour leader : 30rb (tambah 30rb kalau ke bawah tanah) reply Budi says: August 16, 2013 at 6:05 am Waktu liburan Lebaran kemaren saya pun sempat mengunjungi Lawang Sewu, tempatnya menarik, terutama ruang bawah tananya… namun memang yg disayangkan adalah Tarif parkirnya yg seenaknya… & kurang sarana parkirnya. Dan masih banyak halaman yg tidak terawat, seharusnya dibersihkan & dirapikan agar menarik bagi wisatawan… reply ese says: August 20, 2013 at 5:52 am jadi mikir2 mau ke lawang sewu.., aman gx>>?? reply Majapahit eck says: February 25, 2012 at 11:19 am Jerit n keringat gemuruhnxa rolinstones reply dary says: March 17, 2012 at 4:02 am mantap oi, reply Nila Lazuardi says: April 3, 2012 at 3:42 am bangunan nya terlihat megah tapi dalem nya, widdiihh sereeemm. :p reply atap baja ringan says: April 10, 2012 at 7:29 am sereemmmm reply Ade says: April 24, 2012 at 10:41 am Bagaimana caranya kalau kami bersama rombongan siswa sekitar 80 orang untuk mengunjungi gedung tersebut / reply teguh says: May 19, 2012 at 2:17 pm tinggal datang pada siang hari karena buka pada jam 9 sampai jam 6 sore, untuk tiket masuk silahkan hubungi pengelola, sekitar 5rb/orang reply sava garnie says: March 27, 2013 at 11:48 pm sudah berganti buka jam 7 pagi hingga 9 malam reply galih says: June 8, 2012 at 4:38 pm q bangga INDONESIA begitu kaya budaya n tempat bersejarah. lebih bangga lagi jika kita mempelajarinya. jangan di lihat sereme ato gmn. nilai yang dapat kita ambil itu gmn.trims reply loker semarang says: June 8, 2012 at 9:39 pm Ayo wisata ke semarang, jangan lupa mampir ke lawang sewu ya… reply eki says: July 3, 2012 at 12:20 am saya ke sana gak jadi , hahha reply fariz bow says: August 10, 2012 at 10:42 am cedak karo omahku reply Ndory says: January 22, 2013 at 2:09 pm . . Ada yang tau nama nama guide di lawang sewu ? Share ke fb ku ya indri indory reply Ndory says: January 22, 2013 at 2:18 pm Ada yang tau nama nama guide di lawang sewu ? Share ke fb ku indri indory reply Lawang says: February 13, 2013 at 6:39 am Lawang sewu itu pintunya nggak persis seribu lho gan, seperti pulau seribu khan jumlah pulaunya nggak seribu, 400 saja nggak ada… reply sava garnie says: March 27, 2013 at 11:56 pm pintunya aslinya ada 400 tp jendelanya yang sangat banyak dan anda tau kenapa di sebut lawang sewu ? karena warga sekitar susah meghafal dan mengucapkan nama asli lawang sewu yaitu HET HOOFDKANTOOR reply zaky tours says: April 5, 2013 at 4:35 am utk saat ini tiket lawang sewu brp ya.. rencana bulan mei saya ada group kesana 100 pax.trus kalo ada yg twu kontaknya saya mau minta….. reply wulan says: May 5, 2013 at 2:04 pm re: zaky tours masi sama kayak yg disebutin sava garnie, anak sm pelajar 5ribu, dewasa 10ribu, tour leader 30ribu. tour leader akan mengantar berkeliling,cerita sejarahnya,bantu cari view buat foto, bisa bantuin motret,stelah selese pengunjung dipersilakan buat keliling2 sendiri, memuaskan diri di situlah maksudnya,mo muter ato ambil gambar. cari aja pak yanto,beliau tour leader di sana reply adhin pramita says: May 13, 2013 at 8:04 am Mohon informasi tanggal 19 juni 2013 masih bisa untuk kunjungan ke lawang Sewu ? Saya tunggu konfirmasinya terimakasih reply sava garnie says: May 30, 2013 at 2:27 pm masih bisa kok tp gedung A belom bisa dibuka reply adhin pramita says: May 13, 2013 at 8:07 am Mohon Informasi untuk tanggal 19 Juni 2013 kami akan mengadakan kunjungan ke Lawang Sewu, masih bisa di kunjungi ? Mohon informasinya. terimakasih reply Suke says: May 16, 2013 at 3:41 am Lawang sewu buka saat ini buka terus dari jam 7 pagi hingga jam 9 malam, namun perbaikan juga jalan terus, jadi ada beberapa bagian yang sementara tidak boleh dimasuki karena perbaikan tersebut… reply jhon says: July 25, 2013 at 4:04 am ga bisa dikunjungi dlu, karena lawang nya lagi diperbaiki. kemaren ilang 2 biji. namanya jadi berubah. reply Suke says: May 16, 2013 at 3:38 am Jadi jumlah lubang pintu nya hanya 429 saja ya, nggak seribu/sewu… meski daun pintunya lebih dari 1200… reply Rina says: May 26, 2013 at 1:08 am banyak banget pintu2nya, kira2 apa pintunya sampai 1000 buah ya atau ini hanya sebutan saya buat bangunan lawang sewu.. nice share reply Citra Bengawan Rent Car Solo says: June 14, 2013 at 3:39 pm bangunan penuh mistis reply hipnoterapi surabaya says: July 2, 2013 at 7:39 am lawang sewu, ketika aku ngedenger kalimat itu yang ada lintas pikiranku langsung kemistisannya @_@ reply khamid says: August 10, 2013 at 6:56 am boleh kasih info contact tourleader,,bear kalo kesana udah janjian dan bisa langsung ketemu tourleader,gak pake ribet…??via email pleaseee reply khamid says: August 10, 2013 at 7:00 am khamid_seikatsu@yahoo.com email me about tourleader contact at lawangsewu… oh ya katanya ada yang nawarin open six sense jg ya..??? reply tri yoga says: September 11, 2013 at 8:39 am Tgl 31 Agustus kemarin dtg berkunjung ke Lawang Sewu abis dari Candi Gedong Songo, sebuah peninggalan sejarah yg perlu dijaga dan dilestarikan,cumasyg banget kmrn Gedung A nya g dibuka utk umum jd g bisa masuk deh. Tapi yg rada serem jg miris wkt masuk ke bangunan yg di bawah tanah,tempat penjara jongkok,penjara berdiri dan ruang eksekusi tahanan (dipenggal ) selain serem jg lembab. reply Adji n rezpect says: September 12, 2013 at 3:59 am Stelah lulus skull . . Pngin bnget jalan” d lawang sewu ama plent anang . . Asek tuch reply agung kurniawan says: September 23, 2013 at 11:26 am ass pak. saya agung dari jakarta, rencana saya dan teman2 berjumlah 12 orang mau wisata malam di lawang sewu, bagaimana cara pemesanan tiketnya….dikarenakan saya baru sampai bandara ahmad yani jam 20.30…dan rencana tour lawang sewu 21.30 keatas sampai selesai. Mohon info no telp reservasi tiket masuk lawang sewu. reply hanari says: September 24, 2013 at 1:29 pm lawang sewu kirainbangunannya menyeramkan ternyata sangat eksotis reply Leave a Reply Name (*) Mail (will not be published) (*) Website « Kelenteng Sam Poo Kong, Gedung Batu Pantai Maron » Kategori Bangunan Kuno Cafe Event Organizer Guest House Hotel Bintang 2 Hotel Bintang 3 Hotel Bintang 4 Hotel Bintang 5 Hotel Melati Lowongan Kerja Museum Nomor Telepon Penting Pelayanan Pajak Polisi & Samsat Real Estate Rumah Makan Rumah Sakit Salon & Spa Taksi Wisata Just Added Clipan Finance Indonesia Love U Karaoke Cafe & Lounge Global Youth Ambassador Program, Upacara Pelepasan Ambassador AbsurdNation, Band Indie Semarang Yang Dikenal di Italia Lopen; Komunitas Sejarah Yang Menyusur Kenangan Masa Lalu Aira Skin Clinic Daftar Pelatihan BLKI Semarang Tahun 2014 Wiwitan, Pidato Kebudayaan 2014 Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Siba Sistem, Konsultan IT, Human Capital & Manajemen Infografis APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 & 2014 i Direktori Seputar Semarang Seputar Semarang is powered by Wordpress. Website ini memuat foto informasi no telp alamat nomor telepon peta lokasi Seputar Kota Semarang Jawa Tengah | Submit Listing & Info Iklan

Sabtu, 11 Januari 2014

Penemuan kapal Nabi Nuh as

Kapal Nabi Nuh Diduga Berasal dari Nusantara Berita menarik, boleh percaya boleh tidak. Yang jelas, dalam penelitian sejarah ini tidak ada orang Islam dan orang Indonesia, melainkan para arkeolog dari Turki dan Cina yang sejak awal melakukan penelitian kapal Nabi Nuh. Ternyata, bahan kayu kapal Nabi Nuh AS adalah kayu-kayu jati purba yang berasal dari Jawa.  _________________ Hasil Laboratorium Noah’s Ark Minesteries International China-Turki, menujukan bukti bahwa fosil kayu kapal Nabi Nuh berasa dari Jawa Ankara, Pelita Online, 30 Nopember 2012.   SEJAK ditemukannya situs kapal Nabi Nuh AS oleh Angkatan Udara Amerika serikat, tahun 1949, yang menemukan benda mirip kapal di atas Gunung Ararat-Turki dari ketinggian 14.000 feet (sekitar 4.600 M). Dan di muat dalam berita Life Magazine pada 1960, saat pesawat Tentara Nasional Turki menangkap gambar sebuah benda mirip kapal yang panjangnya sekitar 150 M. Penelitian dan pemberitaan tentang dugaan kapal Nabi Nuh AS (The Noah’s Ark) terus berlanjut hingga kini. Seri pemotretan oleh penerbang Amerika Serikat, Ikonos pada 1999-2000 tentang adanya dugaan kapal di Gunung Ararat yang tertutup salju, menambah bukti yang memperkuat dugaan kapal Nabi Nuh AS itu. Kini ada penelitan terbaru tentang dari mana kapal Nabi Nuh AS itu berangkat. Atau di mana kapal Nabi Nuh AS itu dibuat? Baru-baru ini, gabungan peneliti arkeolog-antropolgy dari dua negara, China dan Turki, beranggotakan 15 orang, yang juga membuat film dokumenter tentang situs kapal Nabi Nuh AS itu, menemukan bukti baru. Mereka mengumpulkan artefak dan fosil-fosil berupa; serpihan kayu kapal, tambang dan paku. Hasil Laboratorium Noah’s Ark Minesteries International, China-Turki, setelah melakukan serangkaian uji materi fosil kayu oleh tim ahli tanaman purba, menunjukan bukti yang mengejutkan, bahwa fosil kayu Kapal Nabi Nuh AS berasal dari kayu jati yang ada di Pulau Jawa. Mereka telah meneliti ratusan sample kayu purba dari berbagai negara, dan memastikan, bahwa fosil kayu jati yang berasal dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah 100 persen cocok dengan sample fosil kayu Kapal Nabi Nuh AS. Sebagaimana diungkap oleh Yeung Wing, pembuat film documenter The Noah’s Ark, saat melakukan konfrensi pers di Hongkong, Senin (26/4/2010) yang lalu. “Saya meyakini 99 persen, bahwa situs kapal di Gunung Ararat, Turki adalah merupakan fosil Kapal Nuh yang ribuan tahun lalu terdampar di puncak gunung itu, setelah banjir besar menenggelamkan dunia dalam peristiwa mencairnya gleser di kedua kutub” Jelas Yeung Wing Pendapat National Turk Dr.Mehmet Salih Bayraktutan PhD, yang sejak 20 Juni 1987 turut meneliti dan mempopulerkan situs Kapal Nabi Nuh AS, mengatakan: “Perahu ini adalah struktur yang dibuat oleh tangan manusia.” Dalam artikelnya juga mengatakan, lokasinya di Gunung Judi (Ararat) yang disebut dalam Al Qur’an, Surat Hud ayat 44. Sedangkan dalam injil: Perahu itu terdampar diatas Gunung Ararat (Genesis 8 : 4). Menurut peneliti The Noah’s Ark, kapal dibuat di puncak gunung oleh Nabi Nuh AS, tak jauh dari desanya. Lalu berlayar ke anta beranta, saat dunia ditenggelamkan oleh banjir besar. Berbulan-bulan kemudian, kapal Nabi Nuh AS merapat ke sebuah daratan asing. Ketika air menjadi surut, maka tersibaklah bahwa mereka terdampar di puncak sebuah gunung. Bila fosil kayu kapal itu menunjukan berasal dari Kayu jati, dan itu hanya tumbuh di Indonesia jaman purba, boleh jadi Nabi Nuh AS dan umatnya dahulu tinggal di sana. Saat ini kita dapat saksikan dengan satelit, bahwa gugusan ribuan pulau itu (Nusantara), dahulu merupakan daratan yang luas. Sedangkan Dr. Bill Shea, seorang antropolog, menemukan pecahan-pecahan tembikar sekitar 18 M dari situs kapal Nabi Nuh AS. Tembikar ini memiliki ukiran-ukiran burung, ikan dan orang yang memegang palu dengan memakai hiasan kepala bertuliskan Nuh. Dia menjelaskan, pada jaman kuno, barang-barang tersebut dibuat oleh penduduk lokal di desa itu untuk dijual kepada para peziarah situs kapal. “Sejak jaman kuno hingga saat ini, fosil kapal tersebut telah menjadi lokasi wisata,” ujarnya